Skip to main content

THE 5 LOVE LANGUAGES BOOK REVIEW



Untuk tulisan kali ini, gue akan tulis sedikit panjang dan gue pengen nulis sedetail mungkin dan share apa yang udah gue baca karena menurut gue ini adalah hal yang sangat penting untuk dipelajari. 

Sebelum jauh membahas mengenai isi buku ini, gue mau buat pendahuluan mengenai apa itu Love Language? The 5 Love Languages Book adalah buku dimana kalian akan diberikan edukasi mengenai bahasa cinta yang terdiri dari Words Of Affirmation, Quality Time, Receiving Gift, Acts Of Service, dan Physical Touch.

Menurut gue mengenal love language itu adalah hal yang sangat penting. Karena bahasa yang kita utarakan belum tentu sama dengan pasangan kita begitupun sebaliknya dan apa yang kita utarakan, belum tentu pasangan kita mengerti. Apa yang kita anggap cinta, belum tentu pasangan akan merasa seperti itu. 
We must be willing to learn our spouse’s primary love language if we are to be effective communicators of love
Gue suka dimana Dr. Chapman memulai tulisan di bukunya dengan sebuah percakapan dimana ada seseorang yang datang kepadanya untuk counseling mengenai hubungannya. Pria ini sudah gagal 3 kali dalam pernikahannya. dan muncullah pertanyaan, "And those who don’t divorce, do they learn to live with the emptiness, or does love really stay alive in some marriages? If so, how?"

Pernikahan pertamanya adalah pernikahan yang sangat baik. Hal itu berlangsung selama tiga atau empat tahun sebelum bayinya lahir. Setelah bayinya lahir, dia merasa istrinya hanya memberikan perhatiannya pada bayinya saja dan dia tidak lagi penting. Tentunya hal itu sudah dibicarakan oleh istrinya dan ternyata dia tidak mendapatkan respon yang baik. Istrinya berkata bahwa dia gak ngertiin istrinya betapa capeknya dia jadi 24 hours nurse. Seharusnya dia ikut bantuin. After a while, there was no love left, just deadness. Keduanya setuju untuk bercerai.

Pernikahan keduanya dia merasa sudah salah dari awal. Bahkan honeymoon pun adalah disaster. Setelah 6 bulan, mereka memutuskan untuk berpisah.

Pernikahan ketiganya, semuanya berjalan dengan baik. Pria ini sering memuji betapa cantik istrinya, betapa bangganya dia memiliki istrinya, dan betapa baiknya istrinya. Setelah 1 bulan pernikahan, segalanya berubah. She started complaining about petty things. Kayak gak buang sampah, or not hanging up his clothes. In the end, they both decided to split karena udah gak ada lagi manfaat untuk bersama.

Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah tujuan dari buku ini. Bukan karena buku dan artikel yang sudah diterbitkan gak ngebantu, masalahnya adalah, kita telah mengabaikan satu kebenaran mendasar: Orang berbicara bahasa cinta yang berbeda.

Sebagian besar dari kita tumbuh dengan mempelajari bahasa orang tua dan saudara kandung kita, yang menjadi bahasa utama atau bahasa ibu kita. Nanti, kita mungkin belajar bahasa tambahan tetapi biasanya dengan lebih banyak usaha. Kalo kita hanya berbicara bahasa utama kita dan bertemu dengan orang lain yang hanya berbicara bahasa utamanya, yang berbeda dari bahasa kita, komunikasi kita akan terbatas. Kita bisa berkomunikasi, tapi akan canggung. Jika kita ingin berkomunikasi secara efektif, kita harus mempelajari bahasa orang yang ingin kita ajak berkomunikasi. 

Di bidang cinta pun sama. Bahasa cinta kita dan bahasa pasangan kita mungkin berbeda dengan bahasa Mandarin dari bahasa Inggris. Gak peduli seberapa keras kita mencoba mengungkapkan cinta dalam bahasa Inggris, kalo pasangan kita cuma mengerti bahasa Mandarin, kita gak akan pernah mengerti bagaimana cara mencintai satu sama lain. 
Another approach to discovering your primary love language is to look back over your marriage and ask, “What have I most often requested of my spouse?”
Di buku tersebut, Dr Chapman juga ngomongin mengenai Emotional Love Tank. Emotional Love Tank itu maksudnya adalah love language kita. Kalo kita suka dipuji, maka emotional love tank kita adalah words of affirmation. Kalo kita suka dipeluk, maka emotional love tank kita adalah physical touch. Emotional Love Tank adalah desires dan needs setiap orang yang harus diisi. Jika emotional love tank kosong, maka seseorang akan merasa tidak dicintai.

Gue juga suka dimana Dr Chapman menjelaskan setiap poin dari love languages menggunakan cases by cases. Di buku tersebut, kita akan dikenalkan kepada pasangan yang datang untuk couseling masalah rumah tangga mereka ke Dr Chapman dan diajak untuk menganalisa. Dimana letak kesalahan dan apa yang perlu diperbaiki agar hubungan berjalan dengan lancar.

The 5 Love Languages
Words Of Affirmation
Words Of Affirmation adalah kebutuhan untuk dipuji dan diapresiasi. Tentunya hal ini harus dilakukan dengan kata-kata yang lembut dan baik sehingga tidak adanya salah mengartikan maksud dari apa yang diucapkan pasangan. Contohnya, 
"Do you think it will be possible for you to clean the gutters this weekend?"
"Makasih ya udah cuciin piring hari ini"
Bukan yang kayak gini:
"Aku bakalan seneng kalo kamu nyuci piring hari ini"
"Kalo kamu gak nyuci mobil sekarang, besok gak akan keburu"
Ketika pasangan kalian yang memiliki love language ini, dan kalian sering memujinya, emotional love tank dia akan terisi penuh dan dia akan sangat bahagia. 
The object of love is not getting something you want but doing something for the well-being of the one you love. It is a fact, however, that when we receive affirming words we are far more likely to be motivated to reciprocate.
Love makes requests not demands. Ketika kita menuntut sesuatu dari pasangan, kita menjadi orang tua dan dia adalah anak. Namun, di dalam pernikahan, we are equal, adult partners. Jika kita ingin mengembangkan hubungan, kita perlu mengetahui keinginan satu sama lain. Jika kita ingin mencintai satu sama lain, kita perlu tahu apa yang diinginkan orang lain.

Namun, cara kita mengekspresikan keinginan itu adalah yang terpenting. Jika itu muncul sebagai demands, kita telah menghapus kemungkinan mengembangkan hubungan dan akan mengusir pasangan kita. Pasangan kita mungkin memang memenuhi permintaan kita, It is an act of fear or guilt or some other emotion, tetapi itu bukan cinta. Tapi, jika kita menyatakan kebutuhan dan keinginan kita sebagai requests, we are giving guidance.

Psikolog William James mengatakan bahwa mungkin kebutuhan manusia yang paling dalam adalah kebutuhan untuk merasa dihargai. Words Of Affirmation akan memenuhi kebutuhan itu pada banyak individu. Jika kita bukan pria atau wanita yang suka bicara, jika itu bukan bahasa cinta utama kita tetapi menurut kita itu mungkin bahasa cinta pasangan kita, dr Chapman suggested us that we need to keep a note book entitled "Words Of Affirmation."

Ketika kalian baca artikel atau buku tentang cinta, catat Words Of Affirmation yang kalian temukan. Saat kalian dengar ceramah tentang cinta atau dengar seorang teman mengatakan sesuatu yang positif tentang orang lain, tulislah. Pada waktunya nanti, kita akan mengumpulkan cukup banyak daftar kata untuk digunakan dalam mengkomunikasikan cinta kepada pasangan kita.

Quality Time
Quality time adalah memberikan perhatian penuh kepada seseorang. Aspek sentral dari quality time adalah kebersamaan. Quality time tidak berarti kita harus menghabiskan waktu bersama untuk saling bertatapan. Maksudnya adalah kita melakukan sesuatu bersama dan kita memberikan perhatian penuh kita kepada orang lain. 
A central aspect of quality time is togetherness. I do not mean proximity.... Togetherness has to do with focused attention.
Sebagai contoh, ada case yang seperti ini di dalam buku tersebut. Ada seorang pria yang datang untuk counseling dengan perasaan yang sangat sedih. Dia cerita bahwa dia telah menikah selama 7 tahun dan istrinya tiba-tiba meninggalkannya. Setiap istrinya pulang bekerja, dia selalu cerita mengenai masalahnya ke suaminya. Suaminya selalu menjawab dengan memberikan solusi apa yang harus dia lakukan. Keesokan harinya, istrinya menceritakan hal yang sama dan jawaban dari suaminya pun tetap sama. Keesokan harinya pun begitu, sampai akhirnya suaminya marah dan berkata, "Aku gak bakalan bersimpati lagi sama kamu kalo kamu gak ngikutin solusi yang aku kasih ke kamu. Aku gak mau lagi dengerin cerita kamu."  Setelahnya, istrinya meninggalkan suaminya.

Many of us...are trained to analyze problems and create solutions. We forget that marriage is a relationship, not a project to be completed or a problem to solve.

Kebanyakan dari kita adalah seperti pria tersebut. Kita dilatih untuk menganalisis masalah dan memberikan solusi. Suatu hubungan membutuhkan simpatik dengan maksud untuk memahami pikiran, perasaan, dan keinginan orang lain. Kita harus mau memberi nasihat tetapi hanya jika diminta dan jangan pernah dengan cara yang merendahkan. Kebanyakan dari kita sedikit mendengarkan. Belajar mendengarkan mungkin sama sulitnya dengan belajar bahasa asing, tetapi itu harus, jika kita ingin mengkomunikasikan cinta. 

Apa yang harus dilakukan pria tersebut hubungannya dengan quality time? tentu saja pria tersebut butuh memberikan seluruh perhatiannya a.k.a quality time untuk mendengarkan cerita istrinya dengan penuh simpati. Kebanyakan dari kita sebenarnya hanya butuh didengarkan. Dengan didengarkan, kita akan merasa dihargai dan dicintai. 

Untuk membantu, ada beberapa tips dari dr Chapman yang perlu dilakukan jika bahasa cinta pasangan kalian adalah quality time dan berada di case yang mirip dengan pria tersebut:
  • Maintain eye contact when your spouse is talking.
  • Don’t listen to your spouse and do something else at the same time.
  • Listen for feelings
  • Refuse to interrupt
If you need to learn the language of quality conversation, begin by noting the emotions you feel away from home 
Receiving Gifts
Hadiah adalah simbol visual cinta. Sebagian besar upacara pernikahan mencakup pemberian dan penerimaan cincin. Orang yang melakukan upacara akan berkata, "Cincin-cincin ini adalah tanda lahiriah dari ikatan batin dan spiritual yang menyatukan kedua hatimu dalam cinta yang tiada akhir." Itu bukanlah retorika yang gak berarti. Itu mengungkapkan kebenaran yang signifikan bahwa simbol memiliki nilai emosional. Jika bahasa cinta utama pasangan kita adalah menerima hadiah, Kita bisa menjadi gift giver yang mahir. Faktanya, ini adalah salah satu bahasa cinta yang paling mudah dipelajari.

Hadiah bisa dibeli, ditemukan, atau dibuat. Tapi untuk seseorang yang bahasa cinta utamanya bukanlah receiving gift, pasti akan merasa kesusahan. Now, where to begin? Buat daftar semua hadiah yang sangat disukai pasangan kita terima selama bertahun-tahun. Itu mungkin hadiah yang pernah kita beri atau hadiah yang diberi oleh anggota keluarga atau teman. Daftar ini akan memberi kita gambaran tentang jenis hadiah yang disukai pasangan kita. If we have no clue about the gifts, minta bantuan anggota keluarga yang kenal pasangan kita. Selain itu, pilih hadiah yang kita rasa nyaman untuk dibeli, dibuat, atau ditemukan, dan berikan kepada pasangan kita. Jangan menunggu acara khusus. Jika menerima hadiah adalah bahasa cinta utamanya, hampir semua yang kita berikan akan diterima sebagai ungkapan cinta.

Tapi tahu gak kalo hadiah itu bukan hanya apa yang kita berikan. Ternyata kehadiran kita bisa disebut sebagai hadiah juga oleh pasangan kita. Gimana ya cara mengetahuinya? Kalo kita bener-bener pay attention dengan apa yang diucapkan pasangan, seharusnya kita bisa paham. Contohnya, "I really want you to be there with me tonight, tomorrow, this afternoon.” Dengar itu dengan serius maka kita akan tahu bahwa kehadiran kamu itu adalah hadiah untuknya.
Gifts need not be expensive, nor must they be given weekly. But for some individuals, their worth has nothing to do with monetary value and everything to do with love.
Acts Of Service
Ada suatu cerita, seorang pria menghampiri dr Chapman dan bertanya, “Can a couple make it in marriage if they disagree on everything?” Jadi sang pria ini merasa bahwa dia sudah capek-capek kerja tapi pas dia pulang ternyata rumahnya berantakan. Seharusnya istrinya mengurus rumahnya dengan baik. Selama ini istrinya mengurus rumahnya dengan baik, tapi lama kelamaan dia give up dan males sehingga rumahnya berantakan. Disini, dr Chapman ngobrol bukan hanya kepada pria tersebut, tetapi juga kepada istri pria itu. In the end, sang istri bertanya, "Apa yang salah dengan dia membantu aku di rumah?" dan dr Chapman pun bertanya, "ketika kalian pacaran, apa yang meyakinkan kamu untuk menikah dengan dia? Apa yang membuat dia berbeda dari cowok yang lain?" Selama pacaran, sang pria tersebut sering membantu istrinya dalam hal apapun. Itu yang membuat dia jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah dengannya. Pria tersebut berkata bahwa segala hal yang dia lakukan kepada istrinya selama pacaran datang secara natural dan itu yang dia lakukan ketika pasangannya peduli kepadanya. 

"Lalu apa yang membuat kamu (pria) untuk berhenti melakukan itu ketika kamu sudah menikah?" dan jawabannya adalah, "Yah, kurasa aku mengharapkannya menjadi seperti keluargaku. Ayah bekerja dan Ibu mengurus barang-barang di rumah. Aku tidak pernah melihat ayahku membersihkan lantai atau mencuci piring atau melakukan apa pun di sekitar rumah. Dan kurasa aku hanya berpikir begitulah yang seharusnya terjadi."

Believe it or not, kebanyakan dari kita mencontoh model dari orangtua kita dalam menjalani rumah tangga. Contohnya, kalo papa kita itu kerjanya mencari nafkah dan tugas ibu adalah mengurusi rumah tangga. Tapi pada nyatanya semua ini bisa berhasil jika bahasa cinta satu sama lain itu sama. Kita gak bisa mengikuti model orangtua kita jika pasangan kita memiliki bahasa cinta yang berbeda.
What we do for each other before marriage is no indication of what we will do after marriage.
Disini dr Chapman mengetahui bahwa bahasa cinta mereka berdua adalah Acts Of Service. Pria tersebut merasa dicintai ketika ia pulang ke rumah segalanya bersih. Istrinya juga merasa dicintai ketika pekerjaannya dibantu oleh suaminya. Jika rumah tangga mereka mau berjalan dengan baik, maka mereka berdua harus saling mengerti satu sama lain dan saling membantu satu sama lain, dan pastinya segalanya harus dilakukan atas dasar cinta. Bukan paksaan.

Mempelajari bahasa cinta Acts Of Service bakalan menuntut sebagian dari kita untuk memeriksa kembali stereotip kita tentang peran suami dan istri. Ingat, gak ada imbalan untuk mempertahankan stereotip, tetapi ada manfaat yang luar biasa untuk memenuhi kebutuhan emosional pasangan kita.

Apa yang harus dilakukan kalo bahasa cinta pasangan kita adalah Acts Of Service? Buatlah daftar permintaan pasangan kita selama beberapa minggu terakhir, mintalah pasangan kita untuk nulis daftar apa saja yang ingin dia minta untuk kita lakukan, ketika pasangan kita sedang keluar, cobalah untuk urus anak di rumah, jika punya uang lebih, hire a babysitter untuk urus anak.

Physical Touch
Bagi beberapa orang, Physical Touch adalah bahasa cinta utama mereka. Tanpa itu, mereka merasa tidak dicintai. Dengan itu, emotional love tank mereka terisi, dan mereka merasa aman dalam cinta pasangan mereka.
Physical touch can make or break a relationship. It can communicate hate or love. 
Physical touch membutuhkan sedikit waktu tetapi banyak pemikiran, terutama jika physical touch bukan bahasa cinta utama kita dan jika kita tidak tumbuh di dalam "touching family." Physical touch bisa dilakukan dengan hal-hal yang simple. Contohnya adalah memegang tangan, memegang pundak, merangkul pasangan dikeramaian, dan memeluk. Ketika kita gak sadar kalo bahasa cinta pasangan kita adalah physical touch dan kita sibuk dengan kesibukan kita, pasangan kita akan merasa tidak diinginkan dan tidak dicintai. Bagi orang yang bahasa cinta utamanya adalah physical touch, pesan yang disampaikan jauh lebih keras daripada kata-kata "Aku benci kamu" atau "Aku cinta kamu".

Discovering Your Love Language
What is your primary love language? What makes you feel most loved by your spouse? What do you desire above all else? 

Kalo jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu gak langsung muncul di benak kita, mungkin akan lebih membantu untuk melihat dengan menggunakan bahasa cinta yang negatif. What does your spouse do or say or fail to do or say that hurts you deeply? 

Kalo, misalnya, rasa sakit terdalam kita adalah kata-kata kritis dan menghakimi dari pasangan, maka mungkin bahasa cinta kita adalah "Words Of Affirmation." Cara lain untuk menemukan bahasa cinta utama kita adalah dengan memeriksa apa yang kita lakukan atau katakan untuk mengungkapkan cinta kepada pasangan. Apa yang kita lakukan untuk pasangan kita adalah apa yang kita ingin dia lakukan untuk kita. Jadi, kita mungkin menemukan bahasa kita sendiri dengan bertanya, “How do I consciously express my love to my spouse?”

Cara lain untuk mencari tahu bahasa utama cinta kita adalah dengan meluangkan waktu untuk menulis:
  • What does your spouse do or fail to do that hurts you most deeply?
  • What have you most often requested of your spouse?
  • In what way do you regularly express love to your spouse?
Adapun cara lain untuk mengetahui bahasa utama cinta kita yaitu dengan mengikuti tes disini The 5 Love Languages Test.

Bagaimana kita bisa mengucapkan bahasa cinta satu sama lain ketika kita penuh dengan rasa sakit hati, kemarahan, dan kebencian atas kegagalan masa lalu?
The answer to that question lies in the essential nature of our humanity. Kita adalah makhluk yang memiliki pilihan. Itu berarti kita memiliki kapasitas untuk membuat pilihan yang buruk yang telah kita semua lakukan. Kita telah mengucapkan kata-kata kritis, dan kita telah melakukan hal-hal yang menyakitkan. Kita gak bangga dengan pilihan-pilihan itu, meskipun mereka mungkin tampak benar saat ini. Pilihan buruk di masa lalu gak berarti kita harus membuatnya di masa depan. 

Sebaliknya, kita bisa berkata, "Maaf. aku tahu aku udah nyakitin kamu, tapi aku pengen membuat masa depan yang berbeda. Aku ingin mencintaimu dalam bahasamu. Aku ingin memenuhi kebutuhan kamu."
No single area of ​​marriage affects the rest of marriage as much as meeting the emotional need for love.
Tentunya love language bukan saja digunakan untuk pasangan yang berpacaran atau yang sudah menikah. Love language juga perlu dilakukan kepada anak-anak. Entah itu anak kita ataupun adik kita. Pernah gak sih liat anak yang kabur dari rumah? Atau anak yang kehidupannya udah enak banget tapi ternyata dia gak bahagia? Emotional love tank mereka kosong. Gak pernah diisi dengan penuh. Kemungkinan orangtua melakukan hal yang benar untuk mereka tapi tidak bicara bahasa cinta yang sama dengan anaknya. Anak-anak biasanya lebih bebas dalam mengekspresikan dirinya ketimbang orang dewasa, jadi akan lebih mudah untuk mengetahui apa bahasa cinta mereka.

Contohnya, jika seorang Ayah baru pulang kerja dan anaknya langsung datang memeluknya, itu artinya love languange dia adalah physical touch. Dia ingin disentuh, maka ia memeluk Ayahnya. Jika ia selalu mencuri perhatian kepada Ibunya dan ingin dilihat, itu artinya love language nya adalah quality time. Dia butuh perhatian kita sepenuhnya. Jika anak kita suka membantu dan mengapresiasi setiap kali orangtua membantunya dengan tugas sekolahnya, maka love language nya adalah acts of service. Tindakan orangtuanya artinya adalah "My parents love me" untuknya bukan sekedar peran orangtua yang membantu anaknya. Jika seorang anak sering membuat kado kecil dan memberikannya secara spesial kepada Ayah atau Ibunya, maka love language nya adalah receiving gifts. Jika seorang Ayah atau Ibu senang memuji anaknya dan dia sangat senang dengan pujian tersebut, maka love language nya adalah words of affirmation.
Observe your children. Watch how they express love to others. That is a clue to their love language.

Comments

  1. Pertama tau tentang "The 5 Love Language" dari penulis ini. Mungkin bagi yang belum tau, tulisan ini bisa menjadi salah satu ringkasan untuk memahaminya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

THE COURAGE TO BE DISLIKED BOOK REVIEW

Beberapa waktu yang lalu, gue sempet liat postingan orang lain di instagram tentang buku - buku yang dia baca. Buku putih dengan warna font hitam merah dan cover yang simple menarik perhatian gue. Tanpa mikir panjang, gue mencari buku tersebut dan mencoba untuk membacanya. Hal yang pertama kali menarik perhatian gue adalah judul dari bukunya itu sendiri. Buku The Courage To Be Disliked merupakan salah satu buku favorit gue tentang psikologi dan kehidupan. Bacaannya ringan, dialognya berisi kata - kata yang jelas, contoh case yang disajikan juga sangat mencerminkan ke dalam kehidupan sehari - hari, dan buku ini merupakan buku dengan penjelasan yang paling masuk akal dari berbagai buku yang pernah gue baca, juga buku ini sangat membekas sehingga gue pun tidak sungkan untuk membacanya berulang - ulang. Walaupun agak begitu sulit untuk menerapkan beberapa teori dari buku tersebut ke dalam kehidupan sehari - hari, tapi gue selalu mencoba untuk melihat dari sudut pandang lain.  The Coura...

SOMETIMES WE ARE JUST TOO AFRAID

I have that one moment when I feel overwhelmed everytime I try to voice my opinion which I think there is nothing wrong with it. Sometimes I end up asking people again even after what I did. For example, my best friends. I ask them to validate my emotions and what I just did. Did I do something right? Were the things I did right? Am I overreacting? Is this the right thing for me to do? Do you think I should stay calm about it all? There are pros and cons to it and if it’s more towards the cons, I’ll feel upset, stressed, and overthinking. I vividly remember that my body feel exhausted, I cannot sleep in a peace, and my mind keep ruminating for certain things. Unfortunately, in Asian culture, most of us tend to be quiet about everything that happens in our lives. We have a feeling that if we try to speak up, there will be some people who will hate us and we overanalyze in our minds that people will look at us differently. That’s quite normal. However, let me stress this to you, there is...

EMBRACING EMOTIONS EMBRACING ME

Hello gorgeous! This time I want to talk about human relationship. I'd like to figure things out like why this person behave this way? I always love to learn about this but, this time is a bit different because I watched quite a lot of podcast about human relationships. For instance, Jay Shetty, Stephan Speaks, and Lisa Bilyeu. Of course I don't watch all of their podcast. I choose what I want to watch based on the interviewees. As far as I watched, I'm more to Stephan, Najwa Zebian, Lori Gottlieb, Sadia Khan, and dr. Ramani. Oh I also write a summary that you can find from my highlight on instagram :) and the reason why I wrote that because I might be come to watch the podcast anymore when I feel like I want to but there is a feeling where I think it's tough since the length of videos mostly are 1-2 hours so I decided to make a summary. Maybe you would think that it is such a waste of time because we could get this kind of knowledge from everywhere. Such as, reels from...